Tulisan ini saya persembahkan kepada papa terbaik sejagat raya, papa saya tercinta
“Kadir Solihin”
Masih
teringat seluruh kenangan ketika aku masih kecil dulu, akulah orang
pertama yang ditanyakan olehmu sepulang kerja. Tangan dan punggungmu
yang menggendongku ketika aku kelelahan berjalan dan disaat pagi hari
ketika kau merayuku untuk mandi. Kau juga yang mengeluarkan air dari
telingaku ketika aku tak sengaja memasukannya saat mandi dan kemudian
menangis ketakutan. Tak jarang kau mengajakku untuk menemanimu bekerja,
yang nyatanya aku hanya berlarian kesana-kemari.
Disaat aku
kesusahan dengan PR-ku, aku menunggumu pulang kerja untuk membantuku
menyelesaikan tugasku. Aku terus belajar dan belajar, demi melihat
senyum bangga darimu saat kau mengambil rapor dari guruku. Sebuah
tamagochi kuning kau berikan kepadaku sebagai hadiah prestasiku.
Menjelang
remaja, aku banyak menyusahkanmu. Setiap malam kau harus memastikanku
ada di tempat les, bukannya pergi bersama temanku. Di saat hujan pun kau
rela bangun pagi hanya untuk mengantarkanku ke sekolah agar tidak
kehujanan. Bahkan ketika aku menangis di luar rumah karena masalah
percintaan remaja, kau yang pertama keluar untuk melihatku karena
khawatir dengan gadis kecilmu yang meneteskan air matanya.
Sedih
rasanya melihat kerutan di keningmu yang makin bertambah akibat
kenakalanku. Engkau yang kelelahan mencari uang untuk keluargamu, untuk
mama, aku dan adik-adik semua, hingga kulitmu terbakar matahari. Tak
jarang disaatku masih terlelap kau sudah berangkat bekerja dan pulang
ketika matahari sudah terbenam.
Pa, kini
gadis kecilmu sudah beranjak dewasa. Sudilah kau memberikanku kepada
lelaki pilihanku yang dulu pernah membuatku menangis saat itu. Aku tau,
berat bagimu melepas gadis kecilmu yang dulu tersenyum dengan gigi
depannya yang tanggal 2.
Masih
kuingat saat kau mengajakku memancing. Kau berikan aku pancing, dan kau
pasangkan kail serta umpannya. Masih juga kuingat ketika kau
menasehatiku tentang membawa kendaraan yang baik agar aku tidak celaka.
Dan masih juga kuingat semua ilmu kehidupan darimu yang sampai kini bisa
kunikmati.
Pa,
janganlah kau menangis saat berjabat tangan dengan pasanganku di depan
penghulu. Karena duniaku tergoncang mendengar sedihmu, dan air mataku
juga ikut berurai bersamaan dengan air mata yang mengembang di pelupuk
matamu . Aku tau, bahwa ada tangis yang lebih hebat di dalam diammu.
Percayalah,
Pa, tidak ada satupun pria di dunia ini seperti dirimu. Orang yang
mencintaiku tanpa batas dan balas seperti cinta dan kasih sayangmu.
Orang yang menjadi panutanku dan inspirasiku.
peluk cium dari gadis kecilmu