Aku berdiri di persimpangan
Menatap gamang langit yang dinaungi awan mendung rendah
Bulan abu-abu bergelayut manja di balik pepohonan
Pandanganku kabur karena air mata yang terbendung di pelupuk mata
Tak ada kata yang bisa kuucap
Hanya sesak di dada setiap kuhela nafasku
Di setiap nama yang kusebut dalam heningku
Kenyataan membungkam mulutku
Menghentikan langkah juga waktuku
Memaksaku untuk mundur dari tujuanku
Harapanku hilang bagai asap
Membumbung tinggi ke langit
Menjadi awan hujan
Menetes ke bumi
Kemudian bermuara ke lautan lepas
Hilang tak bersisa
Hanya menjadi buih di tepi pantai
seperti yang udah gue post di kompasiana
Menatap gamang langit yang dinaungi awan mendung rendah
Bulan abu-abu bergelayut manja di balik pepohonan
Pandanganku kabur karena air mata yang terbendung di pelupuk mata
Tak ada kata yang bisa kuucap
Hanya sesak di dada setiap kuhela nafasku
Di setiap nama yang kusebut dalam heningku
Kenyataan membungkam mulutku
Menghentikan langkah juga waktuku
Memaksaku untuk mundur dari tujuanku
Harapanku hilang bagai asap
Membumbung tinggi ke langit
Menjadi awan hujan
Menetes ke bumi
Kemudian bermuara ke lautan lepas
Hilang tak bersisa
Hanya menjadi buih di tepi pantai
seperti yang udah gue post di kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar